Kamu.

Hei Kamu. sendu terasa kembali ketika kubaca lagi catatan percakapan terakhir kita.
Karena aku tahu, aku tidak akan pernah tahu kapan kita bisa bertemu.
Memori menarikku kembali ke satu dekade lalu.

Hei Kamu. Apa kamu masih ingat teori tentang Cinta milik mu?
Bahwa cinta sama dengan “Meskipun…. tambah aku tetap…. ”
Kamu. yang punya lelucon aneh tapi anehnya aku tetap menjadi penonton setia untuk joke kamu.
Kamu. who can see through me.. and knew how my head was a mess.
It’s funny, how you said absurd about being religious but keep believing in your faith.
Kamu. yang melangkah pergi menuju masa depan yang kamu pilih dan meninggalkan akü.

Hei Kamu. Hidup berjalan sangat kejam. Apa kamu tahu, ternyata cerita kita bersama tetap setia dalam kenangan. Kamu. yang tidak pernah tergantikan adalah orang yang sama menorehkan luka tajam.
Namun Kamu. juga yang percaya bahwa kita berdua akan bertemu lagi di kehidupan selanjutnya sebagai kucing.

Kamu. yang Aku ingin lukai kembali. Tear me to pieces and I tore you to millions
An Eye for an Eye. Isn’t it lovely?
But somehow I didn’t find a closure that I want.

Hei Kamu. I know our path have met and end. Namun cerita kita, aku ubah menjadi kisah ‘suatu ketika’
Suatu ketika yang menjadi awal bukan akhir.
Suatu ketika yang menjadi indah bukan airmata
Suatu ketika yang berisi asa bukan sisa.
Suatu ketika…

Hei Kamu. yang adalah pelajaran hidup untuk aku.
Kamu. yang mengajarkan tentang menjadi dewasa.
Yang memberiku pertama kali pelajaran “mencintai”
Kamu.