Bulan November. Hampir sebulan lewat sejak saya merayakan ulang tahun yang kesekian.
Tahun ini tidak ada perayaan. Hanya travelling berdua bersama ibu ke rumah bulek dan om saya di Garut. Yang saya lakukan di sana, tidak ada yang spesial. Pergi dari Jakarta dan rutinitas, dan menikmati akhir pekan tanpa diganggu.
Tidak ada hingar bingar, tidak ada keseruan yang berarti. Ucapan diberikan, lalu kami pergi berenang dan saya menraktir om dan bulek saya. Bahkan, ketika pulang, saya menyadari, tidak ada foto yang menjadi pengingat moment makan bersama kami dalam keheningan.
Beberapa teman di kantor bertanya ada perayaan apa di Garut? dan kenapa tumben ke Garut? Actually, setelah saya pikir-pikir, tidak ada alasan logis khusus, yang saya rasakan adalah saya hanya ingin pergi dari Jakarta dan menghabiskan waktu bersama ibu.
Di hari saya ulang tahun, saya sadari bahwa umur saya sudah tidak muda. Saya pikir saya harus menjalani sebuah fase hidup baru. Apakah itu, saya belum tahu juga. Tapi ada hati kecil ini yang mengatakan, “Fani, kamu harus punya fase kehidupan baru”.
Sekarang bulan November. Bulan depan sudah Desember. Sebuah kegusaran mulai tercipta. Iya, saya gelisah, karena dorongan hati kecil itu semakin kencang. Tapi saya bingung bagaimana menjawabnya.
Ahh… saat hati bicara, kepala saya menjadi ragu. Dan saya menjadi melodramatic malam ini.