Pray from a stranger

Jadi, hari ini ada kejadian lucu. Hmm mungkin lebih tepatnya ironi.

Gue ditelpon oleh telemarketer untuk penawaran asuransi.

Lo semua pasti pernah dong, malah mungkin sering, ditelpon oleh telemarketer asuransi untuk penawaran produk mereka.

Apa alasan yang biasa lo sampaikan agar mereka mengerti kalo lo ga tertarik dengan cara halus?

Kalo gue, biasanya, begini :

1. “Maaf mba, gak dulu yaa”. Buat telemarketer baru, ini udah penolakan. Mereka langsung mundur.

2. “Makasih ya mba/mas, saya sudah ada dari kantor jadi belum butuh asuransi lain.” — Ini gue keluarkan jika cara 1 ga berhasil.

3. “Errr…mas/mba, saya ada meeting. Maaf tidak bisa diganggu dulu,” — ini langsung gue keluarkan jika gue lagi ga mood dan tahu mereka dari bank (yang tidak lagi ada urusan sama gue).

4. “Begini mba/mas, saya sudah mengatur cashflow saya. Dan ini sudah balance untuk saya. Jadi untuk saat ini saya ga tertarik” — kalau agentnya mulai ngomong “Mengapa begitu? mengapa begini? Ini bisa melengkapi asuransi yang sudah dimiliki and bla bla bla” dan nyerocos soal kehebatan produk mereka.

Nah, yang pagi ini menelpon gue, sepertinya cukup lihat dalam mengatasi tolakan-tolakan calon customer. Semua cara 1-4 gue ternyata tidak bergeming buat dia. Karena merasa tersudut, akhirnya keluarlah curcol gue.

5. “Mba, saya itu udah gak punya sisa duit lagi buat asuransi lainnya. Udah pas banget uang saya. Jadi gak bisa juga mba..” — akhirnya keluar deh curhatnya. Gue pikir si mba bakal langsung respon “oohh begituu yaa bu..lain kali mungkin ya” atau semacamnya dan memutuskan hubungan telpon. Lah, tak disangka tak diduga, respon dia:

“Oh kalo begitu buat anaknya mungkin bu..” ujarnya

“Saya belum menikah” sahut gue pendek.

“Tapi pasangan sudah ada kan..” katanya mancing. Waah, ini mba telemarketer cari masalah. -___-

“Aminn.” jawab gue pendek dan supaya dia tidak memperpanjang lagi. Eh, malah jawabannya:

“Kalau gitu, saya doakan, semoga tahun depan bisa melangsungkan pernikahan dengan pasangannya, dan diberikan buah hati…lalala”

Gue udah gak dengerin sisanya karena ini sangat menggelikan sekaligus mengharukan.

Gue cuma bisa merespon “hahahaha.. ammiinn yang mbaa…” tapi dibalik suara ramah, ada cengiran paksa.

Akhirnya ditutuplah telponnya.

Tadinya gue mau ketawa karena geli dengerin si mba telemarketer, dan ya ngapain sih, dia gak tau apa-apa soal gue, tapi kemudian gue merenung dan menyadari kalau si mba telemarketer ini mendoakan gue. Entah niatnya tulus atau gak, but she did pray for me. Entah karena gue curcol apa yah, but I am happy knowing someone stranger pray for me.

Well, mba Telemarketer CIGNA, maaf karena gue gak bisa jadi customer anda, but your prayer got me, and i hope you have bless for what you’ve seed. 🙂