"Aduuh…mpok.. please deh"

jeans1Pernah merasa sebel sama orang, ingin ngelabrak, tapi terikat dengan sopan santun dan saling hormat menghormati antara rukun tetangga. Well.. yup! Ini permasalahan gw dengan tukang cuci di rumah. Sebut saja dia, Mpok H.
Sebenarnya, gw gak pernah ada masalah dengan Mpok H. Baju gw yang kelunturan pun gw cukup berbesar hati untuk tidak membahasnya lebih lanjut, lagi pula toh hanya baju, dan bisa beli lagi. Begitu pikir gw.

Setelah kelunturan, sebuah celana gw ‘gak balik’ setelah dimasukkan ke cucian. Pikir gw…”ah masih dicuci mungkin dan belum kering” jadi gw tidak terlalu memperdulikannya. Dan gw melupakan celana itu untuk beberapa lama sampai akhirnya gw ingin pakai dan tidak menemukannya. Wakkss??!! kemana celana itu, waktu 2 minggu adalah waktu yang sangat keterlaluan untuk cucian yang belum kering. Akhirnya karena kesibukkan gw yang sangat menyita waktu, gw minta tolong nyokap untuk menanyakannya ke Mpok H. Nyokap mengatakan bahwa Mpok H bilang “tidak ada”. Ah.. sebuah jawaban yang sangat tidak perhatian. Logika gw langsung mengambil alih.. gw mengemukakan itu sangat tidak mungkin terjadi. Celana itu masuk ke keranjang cucian, ia membawanya dan ia mencucinya seharusnya ada di keranjang ketika cucian itu kering. Oke lah.. gw mencoba membiarkannya. Mungkin saja ada maling jemuran yang iseng mengambil celana pendek gw.

Namun, sepertinya kesabaran gw habis. Ini karena masalah Jins. Yeahh.. ini memang sepele. Sebuah celana Jeans. Tapi jika gw bilang itu jins kesayangan gw, apakah itu cukup memberikan alasan kenapa gw sangat mempermasalahkannya? Nah, seperti sebelumnya, jins itu gak balik di keranjangan yang berisi cucian bersih. (yang seharusnya jins itu ada didalamnya). Gw mencoba bersabar, mungkiin terselip di lemari yang lain. Yah.. itu bisa saja, karena sudah pernah terjadi beberapa kali. Jadi, gw pikir paling terselip. Lalu gw memakai jins yang ada. Namun, suatu ketika gw sedang ingin pakai jeans itu, dan mencarinya ke seluruh lemari, ternyata jeans itu tidak ada! Gw mencari dan mencari.. jeans itu bener2 gak ada. Akhirnya, gw minta tolong nyokap untuk menanyakan ke Mpok H. Dan seperti yang sebelumnya, Mpok H mengatakan “Gak ada”. Lucunya, dia malah menyuruh nyokap gw memeriksa lagi lemari2 pakaian kami. Hey.. bukannya seharusnya dia yang seharusnya mengecek lagi di rumahnya. (Oia, dia mencuci di rumahnya).

Oke, gw cukup mendiamkan masalah ini beberapa hari, sampai akhirnya hari ini gw gak tahan, karena celana itu (sudah cukup lama) tidak terlihat-lihat juga. Nyokap meminta gw mendatangi rumah Mpok H dan menanyakan langsung. Hmm.. sepertinya gw harus turun tangan langsung. Tapi gw minta nyokap menemani, karena gw gak mau kehilangan kendali di sana. Yah.. karena gw udah kesel banget.. kerja kok gak proffesional banget. (hey… profesional kan bukan hanya untuk mereka yang bekerja di kantoran. Ketika dia dibayar, detik itu dia harus profesional).

Akhirnya gw mendatangi rumahnya dan menanyakan langsung kepada si Mpok H. Seperti yang sudah gw duga, Mpok H hanya mengatakan “tidak ada” atau “Sudah dicari juga.. di obrak abrik segala” sampai akhirnya dia mengeluarkan pernyataan “Itu kan yang ada penitinya, saya udah lama juga gak nyuci itu”. Well.. skak! Jeans gw jelas gak berpeniti dan gw tidak menyebut nyebut peniti di awal ketika mendeskripsikan jeans yang ‘hilang’. “Gak berpeniti mpok.. itu jeans bagus. Warna hitam gak ada peniti atau apapun” jawab gw. Terus gw mencecar dia dengan halus..sedikit dan meminta atau lebih tepatnya menyuruh dia untuk mengecek sekali lagi ke lemarinya, hanya untuk berjaga2 ada yang nyelip.

Setelah kembali ke rumah, kira2 10 menit kemudian, ada seseorang yang memanggil di luar. Eh eh… itu ternyata si Mpok H. Dia membawa jeans hitam gw.. iyaa !! jeans hitam gw. Dia bilang itu ada dikamar cucunya, ibunya yang tukang nyetrika mengira itu jeans anaknya.. HAH! yang benar saja.. apakah ibunya tidak hapal baju anak2nya sendiri?? Terus terang di benak gw sudah terbentuk sebuah opini tentang mereka dan membuat note di pikiran gw. Namun disatu pihak, gw cukup salut, karena si Mpok H cukup sportif mengakui kesalahannya dan meminta maaf kepada kami. Oalaahh Mpookk please deh.. next time kalo nyuci tolong dipisah mana baju orang dan baju sendiri.

Setelah memasukkan jeans kesayangan gw ke lemari, gw mendengarkan IL DIVO untuk menurunkan emosi gw tadi. Gw jadi berpikir, apakah gw masih bisa memberikan kepercayaan yang sama besarnya kepada Mpok H?
Nyokap usul, untuk baju-baju yang cukup berharga, gw disuruh laundry saja. Yang benar saja.. gw sudah tidak membenani Mpok H untuk mencuci pakaian dalam gw, sekarang, jins2 masuk laundry, terus, selanjutnya apa, baju kerja? baju ke gereja? lalu dia nyuci apaa??? Apa gunanya dia dibayar untuk nyuci kl gw juga harus kirim cucian ke laundry?? Aduuuhh…Mpok.. please deh…!!!

Terus, nasib celana pendek gw gimana???

One response to “"Aduuh…mpok.. please deh"”